Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur!

Judul: Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur
Penulis: Muhidin M. Dahlan
Penerbit: ScriptaManent
Dimensi: 12 x 19 cm; 269 hlm.
Harga: Rp 60.000

Dia seorang muslimah yang taat. Tubuhnya dihijabi oleh jubah dan jilbab besar. Hampir semua waktunya dihabiskan untuk sholat, baca al-qur’an dan berdzikir. Dia memilih hidup yang sufistik yang demi ghirah kezuhudannya kerap dia hanya mengkonsumsi roti ala kadarnya di sebuah pesantren mahasiswa. Cita-citanya hanya satu : untuk menjadi muslimah yang beragama secara kaffah.

Aku Mendakwa Hamka Plagiat

Judul: Aku Mendakwa Hamka Plagiat: Skandal Sastra Indonesia 1962-1964
Penulis: Muhidin M. Dahlan
Penerbit: ScriptaManent
Harga: Rp 38.000

Buku ini mengungkap salah satu fase sejarah sastra Indonesia yang gelap. Perdebatan plagiat Hamka memakan waktu dua tahun 1962-1965 dan debat paling panas di panggung sastra.

Ini sejarah sastra Indonesia. Muda usianya. Penuh cadas dan bergelombang-gelombang romantikanya. Keras, gelap, manipulatif, bohong, culas. Memang nyatanya begitu. Mau ditangisi, ya. Mau diratapi, ya. Tapi itu adalah rantai. Suka atau tak suka. Semua-muanya kita terima dengan syarat-syarat dan pertimbangan karena ini sejarah kita, sejarah sastra Indonesia. Mari buka, mari baca. Dan setelah itu, generasi berikutnya akan menimbang mana yang pantas disiangi (karena gulma), mana yang perlu ditumbuhkan (karena padi). Mana yang dibabat, mana yang ditumbuhkan.

Adam Hawa

Judul: Adam Hawa
Penulis: Muhidin M. Dahlan
Penerbit: ScriptaManent
Harga: Rp 40.000

Novel ini pernah mendapat somasi dari Majelis Mujahidin Indonesia. Pemicunya adalah ketika resensi Chavchay Syaifullah dimuat di Harian Media Indonesia, 6 November 2005. Berkisah tentang Adam Hawa yang tak ada dalam Kitab Suci.

Kabar Buruk dari Langit

Judul: Kabar Buruk dari Langit
Penulis: Muhidin M. Dahlan
Penerbit: ScriptaManent
Harga: Rp 100.000

Di helai-helai halaman novel ini, sejarah penyebaran Islam di Jawa dan Nusantara dimampatkan. Tapi bukan sejarah penyebaran Islam yang lurus dan adem ayem seperti yang biasa kita dengar, melainkan kilasan sejarah yang penuh intrik, pertarungan, dan tentu saja berdarah-darah, antara dua model pemahaman Islam yang bertumpu pada syari’ah dan fiqih dengan sebuah model pemahaman Islam yang lebih bertopang pada laku ibadat yang personal dan penuh mistik: ajaran wahdatul wujud (manunggaling kawulo lan Gusti).